Sunday, February 17, 2019

Resensi Buku Menggapai Cita- Cita Imajiner



Menapaki Jalan Kehidupan
Oleh : Shintiya Yulia Frantika


Judul Buku      : Menggapai Cita-cita Imajiner
Penulis             : Sonny Asmara
Penerbit           : UM Press
Tahun terbit     : 2017
Tebal               : x + 209 halaman

“Pantang tolak tugas, pantang kerja tak selesai”. Begitu cuplikan kutipan dalam buku yang tulis oleh Sonny Asmara. Pemilik nama asli Ahmad Sonhadji Kosim Hasan adalah seorang guru besar dari Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang (UM).  Jika dilihat, sampul buku terkesan kurang menarik, malah cenderung biasa sekali. Akan tetapi, dengan ketebalan yang pas yakni 209 halaman, tidak terlalu tipis dan tebal pembaca dapat segera menuntaskan penasaraannya akhir cerita dari Menggapai Cita-cita Imajiner ini.
Menggapai Cita-cita Imajiner, mengisahkan tentang seorang Yugo Aji kecil yang berasal dari desa terpencil hingga ia dewasa berhasil menjadi orang besar. Masa kecilnya tidak berbeda jauh dengan bocah desa lainnya. Sejak kecil Yugo Aji sudah menunjukkan kepandainnya. Yugo berhasil menjadi juara ujian negara se-kecamatan, yang kala itu masih sekolah rakyat. Dia pun bukan orang yang gengsian. Menjadi calo cilik ia lakoni dengan senang hati. Dari hasil menjadi calo cilik, dia diberi satu tiket masuk untuk menonton. Menurutnya, menjadi calo cilik ia lakoni untuk belajar mengalami dan menghayati bagaimana orang kecil berjuang mencari duit. Ketika itu dia masih duduk dibangku SMP.
“Masuk ke situasi baru, kebiasaan baru, dan budaya baru. Orang bisa mengalamai keterkejutan. Orang bisa mengalamai tekanan. Dalam menghadapi tantangan. Akan tetapi, keterkejutan bisa dicegah, tekanan bisa ditangkal. Manakala orang sabar dan tawakal”. Begitu Yugo Aji bersikap ketika ia harus pindah ke sekolah yang lebih disiplin saat SMP sebab bapaknya dipindah tugaskan.
Setelah lulus SMP, Yugo melanjutkan ke jenjang selanjutnya. Dia harus dihadapkan pada dua pilihan memilih sekolah, antara STM atau SMA. Karena kebimbangannya tersebut, pada akhirnya ia lakoni keduanya. Kehidupan pesantren turut mewarnai masa-masa SMA. Tidur beralaskan tikar dan makan gembul dengan teman-teman pesantren menjadi keasikan tersendiri.
Sebagai mahasiswa, ia bukan tergolong mahasiswa yang kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang). Bahkan bisa dikatakan Yugo Aji mahasiswa yang superaktif. Masih menyandang status mahasiswa, ia sudah mengajar di sekolah, terjun menjadi aktivis intra-universitas sampai ekstra-universitas, keagamaan, kewartawanan dan pecinta alam. Di kala liburan, ia menjajakan pakaian ketika menjelang Idul Fitri.
 Tidak berhenti sampai disitu, usai lulus kuliah Yugo menerima tawaran untuk menjadi wakil kepala sekolah di usianya masih terbilang muda. Dia terus menapaki tangga kehidupan. Melanjutkan pendidikan magister di Ohio State University sekaligus melanjutkan untuk memperoleh gelar Ph.D.
Karirnya semakin cemerlang, menjadi dekan selama dua periode berturut-turut, kemudian diangkat menjadi guru besar dan menjadi konsultan pendidikan pada Departemen Agama RI yang didanai oleh Asian Development Bank (ADB). Sebagai konsultan, Yugo harus berkeliling ke hampir semua MAN Model dan PSBB (Pusat Sumber Belajar Bersama) di seluruh Indonesia. Melibas medan yang sukar tak enggan untuk di terjang demi menuju sekolah yang letaknya di tengah hutan. Tak jarang banyak bahaya yang menghadang. Namun, semua itu berhasil dilalui dengan baik atas ridho-Nya.
Buku yang diterbitkan tahun 2017 tersebut, terdiri dari sembilan bagian cerita. Bisa dikatakan, buku ini merupakan autobiografi dari si penulis sendiri. Penulis menuturkaannya dengan ringan dan sangat lugas. Sekali duduk membaca, pembaca tidak akan merasa telah berhasil menuntaskannya.
Sangat disayangkan ada beberapa istilah lama yang kurang dijelaskan oleh penulis sehingga pembaca dari kalangan anak muda akan kebingungan dengan istilah tersebut. Serta ada beberapa singkatan yang kurang familiar namun tidak dijelaskan kepanjangannya.
Meskipun begitu, membaca buku ini mengajarkan kita untuk hidup dengan kesederhanaan. Semangat untuk bertanggungjawab mengemban amanah tercemin jelas dalam buku ini. Banyak memuat nilai-nilai kehidupan serta spirit untuk terus menggapai cita-cita setinggi mungkin, sehingga sangat perlu dibaca oleh anak muda zaman now.

Continue reading Resensi Buku Menggapai Cita- Cita Imajiner

Resensi Buku Divine Solution From the Quran


Judul buku      : Divine Solution From the Quran :Dialektika Langit dan Bumi
Penulis             : Tim Penyusun UKM ASC UM
Cetakan           :  I (Pertama), Agustus 2015
Tebal               : XVI + 240 halaman
Penerbit           : Dream Litera Buana


Mengenal Al-Quran dari Berbagi Perspektif
Oleh Shintiya Yulia Frantika


Sebagai umat islam, Al-Quran merupakan sebuah pedoman hidup. Karena di dalamnya terkandung petunjuk hidup umat islam dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Namun tidak banyak orang yang memahami akan hal itu. Dengan berpegang teguh pada Al-Quran, kita mampu menghadapi permasalahan-permasalahan yang terjadi saat ini, yang mana oleh Allah SWT telah dituliskan solusinya pada kitab suci-Nya. Perlu diketahui bahwa dalam Al-Quran juga mengandung fakta ilmiah.
Dalam buku Divine Solutions From The Quran : Dialektika Langit dan Bumi memperlihatkan bahwa dalam Al-Quran mengandung fakta ilmiah. Isinya membahas empat kajian yakni, Al-Quran dan Sains, Al-Quran dan Teknologi, Al-Quran, Sosial dan Humaniora serta Al-Quran dan Pendidikan. Setiap kajian terdapat  delapan belas judul yang ditulis oleh sembilan belas penulis.
Buku yang ditulis oleh anggota UKM Al-Quran Study Club (ASC) menghadirkan solusi dalam menghadapi problematika  kehidupan saat ini dengan berlandaskan Al-Quran. Seperti dalam kajian Al-Quran dan Sains. Pada kajian tersebut misalnya pada judul “ Pemanfaatan Zat Histatin pada Ludah Sebagai Pengganti Analgesik Opioid Morfin pada Pengobatan : Solusi Cerdas Mengurangi Efek Negatif Penggunaan Analgesik Opiod Berlebih “. Seperti yang kita tahu, ludah merupakan suatu hal yang menjijikan bagi kita. Namun,  dalam salah satu judul yang ditulis oleh Wahyu Rahmawati kita ditunjukkan bahwa ludah menggandung zat histatin yang berguna sebagai penenang. Zat yang diproduksi secara alami oleh manusia ini dapat menjadi solusi pengganti dari penggunaan morfin yang mana dapat digunakan sebagai penghilang rasa nyeri. Pengobatan dengan memanfaatkan  air liur bukanlah hal baru lagi, karena telah dikenal sejak zaman Nabi Muhammad SAW.  
Permasalahan lainnya, orang sering mengeluh bila ketika ia akan mandi airnya terasa dingin. Sehingga sering membuatnya malas mandi. Jika tidak begitu, mereka akan menggunakan air hangat untuk tetap bisa membersihkan diri. Tahukah? bahwa dengan mandi dengan air dingin memiliki manfaat yang baik untuk kesehatan kulit. Seperti dapat menjadikan awet muda atau bagi wanita dapat mempertahankan kecantikan karena jaringan sel-sel kulit akan membaik. Air dingin  yang baik ialah air dingin sebelum waktu Subuh. Namun, tidak banyak orang yang bisa bangun sebelum waktu Subuh. Jadi, untuk membuat air dingin seperti sebelum waktu Subuh Fatihatus Syahida dan Wahyu Rahmawati  merancang sebuah alat yang disebut IA-CONDITIONER. Alat ini diharapkan mampu membuat air dingin yang sama dengan sebelum waktu Subuh.
Pada kajian Al-Quran Sosial dan Humaniora mengulas juga kandungan protein belalang yang tinggi sekaligus sebagai solusi masalah undernutrition masyarakat ekonomi lemah.
Karena buku ini merupakan buku kumpulan karya ilmiah sehingga bahasanya lebih ilmiah. Untuk pembaca yang awam, seperti mereka yang tidak tahu tentang karya ilmiah maka harus dibaca berulang-ulang agar dapat memahami maksudnya.
            Setelah membaca buku ini, tentunya dapat membuat kita semakin mencintai Al-Quran dan sering membacanya sekaligus  memahami arti dan maknanya karena kita telah tahu bahwa ayat-ayat yang diturunkan oleh Allah tersebut mengandung solusi jitu dalam menghadapi permasalahan masa kini.

Continue reading Resensi Buku Divine Solution From the Quran